Jumat, 17 Februari 2012

Kebutuhan, Fungsi dan Syarat Pokok Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

Kebutuhan, Fungsi dan Syarat Pokok Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar A. Kebutuhan Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Kebutuhan akan bimbingan dan konseling dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain yaitu: masalah perkembangan individu, masalah perbedaan individual, masalah kebutuhan individu, masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan masalah belajar. 1. Masalah Perkembangan Individu/Siswa Perkembangan pribadi menyangkut perkembangan berbagai aspek, yang akan ditunjukkan dalam prilaku. Seorang individu, pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Perkembangan seorang individu juga ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. 2. Masalah Perbedaan Individu/Siswa Dalam perkembangannya, individu mempunyai perbedaan-perbedaan. Ada dua fakta yang menonjol yaitu: 1). Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya, dan 2). Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap inividu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan tingkat kognitif, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan dalam kecakapan motorik, perbedaan dalam latar belakang, perbedaan dalam bakat, dan perbedaan dalam kesiapan belajar. Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Faktor dasar yang berpengaruh menonjol alamiah dan lingkungan yang dibuat. Intelegensi sangat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Kemampuan kognitif anak yang berbeda satu sama lain, maka guru berkewajiban untuk membantu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Dalam kecakapan bahasa, individu yang satu berbeda dengan yang lainnya. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Individu telah membawa kebiasaan-kebiasaan sebagai hasil belajar, baik dari lingkungan pendidikan prasekolah maupun dari latar belakang kehidupan sebelumnya. Apabila latar belakang keluarga kaya akan kultur, maka anak akan mendapat keuntungan dalam hal perbendaharaan bahasa dan seni; demikian halnya pada kondisi sebaliknya. Pengalaman dan kematangan anak sebelumnya merupakan faktor pendorong perkembangan anak dalam berbagai kemampuan, termasuk kemampuan berbahasa. Kecakapan motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berpikir setiap orang berbeda, maka hal tersebut membawa akibat terhadap kecakapan motorik masing-masing. Dalam hal kecakapan motorik, guru pun bertanggung jawab agar siswa yang mempunyai kekurangan dalam kecakapan motorik dapat menambah kecakapannya guna untuk memenuhi kebutuhannya dalam banyak hal yang berhubungan dan memerlukan keterampilan motorik khusus. Perbedaan latar belakang siswa akan mempengaruhi kepribadian, cara belajar dan hasil belajar dari siswa. Faktor penyebab tersebut dapat berkembang di rumah dan di lingkungan sekitar siswa. Latar belakang keluarga, sisi sosioekonomi dan sosiokultural yang berbeda, lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang akan memberikan pengaruh yang berbeda. Perkembangan bakat dimiliki oleh siswa secara individual. Bakat seseorang khususnya siswa sangat beragam, tidak hanya dilihat dari kemampuan intelegensinya saja. Kemampuan siswa yang berbeda dalam bakat hendaklah dimengerti oleh guru, sehingga bakat-bakat yang dimiliki oleh siswa dapat tersalurkan dan memberikan prestasi belajar yang baik bagi dirinya. Dalam kesiapan belajar, siswa pun mempunyai tingkatan yang berbeda. Baik dari segi fisik maupun mental. Kondisi fisik yang sehat membantu berkembangnya kebiasaan berbahasa dan belajar yang diharapkan. Sikap apatis, pemalu, kurang percaya diri, akibat dari kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh dan latar belakang yang miskin pengalaman mempengaruhi perkembangan dan ekspresi diri. 3. Masalah Kebutuhan Individu/Siswa Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli, misalnya: makan, minum dan bernapas. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pada umumnya didorong oleh motif yang dipelajari, misalnya: mengejar pengetahuan, mengikuti pola hidup masyarakat, hiburan, alat transportasi dan lain sebagainya. Maslow (dalam Sunarto: 2006) mengatakan bahwa ada enam kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan kognitif, kebutuhan penghargaan, kebutuhan cinta kasih, kebutuhan keamanan dan kebutuhan jasmaniah (fisiologis). 4. Masalah Penyesuaian Diri Masalah penyesuaian diri berkaitan dengan bagaimana individu, dalam hal ini adalah siswa, berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya terutama lingkungan sekolah. Hal ini berkaitan dengan cara belajar dan hasil belajar yang akan didapatkan oleh siswa. Guru harus dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terutama dalam lingkungan sekolah dan lingkungan belajar agar hasil belajar siswa dapat diperbaiki dan ditingkatkan. 5. Masalah Belajar Masalah belajar yang dihadapi siswa dapat diakibatkan karena tingkat kesulitan belajar itu sendiri bagi siswa, ada yang berat, ada yang sedang; bidang studi yang dipelajari, ada yang mengalami kesulitan belajar di satu/beberapa bidang studi, ada pula yang mengalami kesulitan di semua bidang studi; sifat kesulitan belajar, ada yang bersifat permanen, ada yang bersifat hanya sementara; faktor penyebabnya, yaitu faktor intelegensi dan faktor non-intelegensi. Guru harus mengetahui faktor-faktor penyebab mengapa siswa mengalami masalah dalam belajarnya sehingga masalah yang dihadapi siswa dapat teratasi dan hasil belajar yang didapatkan oleh siswa dapat lebih baik. Selain latar belakang di atas, masih ada beberapa kebutuhan bimbingan yang dibutuhkan di SD, yaitu: 1) bimbingan belajar, yang perlu diperhatikan mengenai prosedur sekolah dan masalahnya, bagaimana kalau tidak masuk sekolah, bagaimana memakai perpustakaan, dan lain-lain; 2) bimbingan penyelesaian, memberikan kesempatan pada anak-anak yang dapat memberikan kesaksian pada dirinya; 3) bimbingan pekerjaan, anak diberikan pengetahuan mengenai bermacam-macam sekolah supaya memiliki pandangan tentang sekolah tersebut, hingga mudah membuat pilihan yang ada hubungannya dengan masa depan; 4) bimbingan karier, yaitu bimbingan harus berhubungan dengan masa depan anak; 5) bimbingan sosial dan pribadi, bimbingan yang berhubungan dengan kesulitan psikologi yang dialami anak; 6) bimbingan jabatan, yaitu bimbingan yang diberika pada anak dalam mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan masa pekerjaan atau jabatan dan lain-lain. B. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Upaya bimbingan dan konseling memungkinkan siswa mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. Dalam upayanya tersebut, bimbingan dan konseling mempunyai fungsi-fungsi, Uman Suherman (dalam Anas Salahudin: 2010) menyatakan bahwa secara umum fungsi bimbingan dan konseling di SD adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi dalam rangka membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap diri (potensi-potensi baik kelebihan maupun kelemahan) dan lingkungannya (fisik, sosial, budaya dan agama). 2. Fungsi Pencegahan/Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya pembimbing untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegah supaya masalah itu tidak dialami siswa. 3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata. 4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching. 5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. 6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli. 7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif. 9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. 10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli. 11. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. Sedangkan secara khusus, fungsi bimbingan dan konseling menurut H.M. Umar, dkk (dalam Anas Salahudin: 2010) adalah sebagai berikut: 1. Menolong anak dalam kesulitan belajarnya; 2. Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan anak-anak; 3. Memberi nasihat kepada anak yang berhenti dari sekolahnya; 4. Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya, dan sebagainya. Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu: a. Fungsi penyaluran (distributif) Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain. b. Fungsi penyesuaian (adjustif) Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal. c. Fungsi adaptasi (adaptif) Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14). C. Syarat-Syarat Pokok Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Usaha-usaha bimbingan sekolah dasar khususnya lebih efektif, menurut A.J. Jones, karena: 1. Pada anak-anak usia ini fleksibel dan masalah-masalah yang mereka hadapi belum sempat berurat-berakar atau tertanam dalam 2. Para orang tua umumnya bekerjasama lebih aktif dengan sekolah 3. Panjang waktu yang tersedia untuk lebih mensukseskan perkembangan murid, khususnya murid lebih leluasa dibantu memahami dirinya sendiri dan untuk memperoleh pendekatan-pedekatan yang tepat-guna kearah pemecahan masalah- masalahnya. Disamping faktor penunjang ini, demi lebih lancarnya bimbingan sekolah dasar; diperlukan persyaratan pokok yang sekurang-kurangnya adalah: 1. Adanya kesediaan guru kelas untuk berperan ganda sebagai pengajar dan pembimbing. 2. Adanya kegiatan kontinyu guru kelas dalam pengumpulan data murid, hal yang dapat lebih menunjangnya memperdalam pemahaman menge nai individu masing- masing muridnya. 3. Adanya kesediaan dan kreativitas guru kelas dalam menyajikan lingkungan yang kaya bagi usaha-usaha belajar dan berpengalaman murid-murid. Adanya kesediaan guru kelas mencurahkan perhatian terhadap murid-murid tertentu secara individual disamping perhatian terhadap kelompok murid. 4. Adanya keseimbangan sikap guru diantara kutub obyektif yaitu usaha pengembangan intelektual anak menurut tuntutan kurikulum, penanaman tanggung jawab dan disiplin, dengan kutub subyektif yaitu perhatian terhadap anak sebagai individu dengan kelengkapan psikologisnya-perasaan, sikap, minat, kecenderungan, perhatian, dan sebagainya. Adanya pengaturan jarak psikoligis antara guru kelas dengan siswa, tidak terlalu jauh atau renggang dan tidak terlalu dekat atau akrab 5. Adanya kesediaan guru kelas untuk mengadakan kunjungan rumah (home visit) dalam rangka layanan-layanan bimbingan dan mempererat hubungan guru dengan orang tua murid bagi kepentingan bimbingan. 6. Adanya fleksibilitas guru kelas dalam pergaulan sekitar, terutama yang erat kaitannya dengan pengenalan kondisi jabatan pekerjaan anak. Jadi, dapat disarikan bahwa bimbingan pada sekolah dasar pada hakekatnya adalah proses membantu perkembangan intelektual anak sehingga ia dapat mencapai kemajuan belajar optimal, khususnya dalam kelas, dan mengadakanpenyesuaian-penyesuaian maksimal dalam kehidupan sekolah sebagai dasar untuk kelanjutan studi ataupun terjun dalam kehidupan masyarakat. Dengan melihat kesepuluh fungsi bimbingan dan konseling di sekolah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan bimbingan, yang juga menjadi syarat penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Syarat-syarat tersebut secara umum dapat dikemukakan antara lain: 1. Tersedianya guru pembimbing yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling; 2. Tersedianya ruangan khusus bagi penyelenggaraan bimbingan dan konseling; 3. Kegiatan bimbingan dan konseling menjadi bagian dalam kurikulum penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta http://safril-faqat.blogspot.com/2010/12/urgensi-bimbingan-dan-konseling.html, diakses tanggal 24 Maret 2011 http://adhisusilokons.wordpress.com/2010/06/09/fungsi -bimbingan-dan-konseling-di-sekolah, diakses tanggal 24 Maret 2011 Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia. Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar