Rabu, 18 April 2012

Pagi

Aku menanti pagi
Berlari tuk meninggalkan sepi
Aku menanti pagi
Berlari tuk meninggalkan sunyi

Aku melintasi pagi
Berlari tuk meraih mimpi
Aku melintasi pagi
Berlari tuk meraih prestasi

Aku meninggalkan pagi
Berlari tuk menemui janji
Aku meninggalkan pagi
Berlari tuk menemui cahaya Ilahi

Prabumulih, 26 Februari 2012

Senin, 12 Maret 2012

Sekedar Emosi Sesaat

Tulisan ini seutuhnya saya kutip dari sebuah file yang sahabat saya berikan kepada saya. Sahabat saya tersebut mendapatkan tulisan ini dari sebuah situs di internet. Berikut tulisannya tanpa saya kurangi atau tambahi sedikit pun, bahkan tanda bacanya tetap seperti tulisan tersebut apa adanya.

“Seringkali kita mendengar pria lebih memilih untuk melajang lebih lama dengan alasan-alasan ekonomi. Lebih spesifiknya ingin punya rumah pribadi, punya mobil, punya gaji sekian juta / bulan terlebih dahulu serta tabungan beberapa ratus juta untuk sebuah pesta pernikahan .
Karenanya, sebelum mencapai pernikahan, para pria bekerja ekstra keras mengumpulkan uang demi mendapatkan kemapanan. Salahkah hal ini ? Tentu saja tidak . Sudah selayaknya semua orang untuk punya kehidupan yang aman secara finansial saat berumah tangga untuk memberikan kenyamanan bagi istri dan anak.
Tetapi, pada saat kemapanan itu sudah dimiliki,ada situasi yang bisa menjebak para pria….

Saat seorang pria sudah begitu kaya, maka semua jenis wanita akan datang kepadanya menawarkan cinta. Dan akhirnya semua itu akan menjadi buram dan terbersit keraguan, apakah mereka datang karena cinta yang tulus atau hanya mencintai kekayaan yang dimiliki pria itu.


Jika pria itu salah memilih maka akhirnya sesuatu yang buruk akan terjadi, sehingga pria itu menyesal kenapa bisa menjadi begitu kaya.
Suatu kewajaran bukan? Wanita mana yang tidak akan datang bila sang pria begitu tampan, cerdas, kaya & muda? Semua ingin merasakan Jaguarmu,tidur di atas Tempur Pedicmu, tinggal di pent housemu & b’dampingan dengan pria berjas Kiton.
Ini merupakan gambaran bahwa uang bisa memanipulasi perasaan… dan parahnya itu adalah uangmu!
Bila saat ini kamu memiliki mobil dan kehidupan yang cukup mapan & seorang pacar, kamu tidak akan pernah tau, apakah wanita ini masih mencintaimu jika suatu saat kamu hanya naik sepeda motor, tidak lagi punya rumah pribadi & hanya ada menu tempe di meja makan. Tahukah kamu? Tidak……( roda kehidupan terus berputar bukan ? )
Karena dia datang ketika kamu bisa memberikannya kenyamanan-kenyamanan finansial yang dia idam-idamkan.
Cintakah yang kamu punya? Bukan! Kamu hanya memiliki wanita yang mencintai kenyamanan yang bisa kamu sediakan.
Beruntunglah bagi pasangan yang telah menikah dan mereka berdua memulainya dari bawah. Mensyukuri mobil mereka, karena mereka berdua pernah merasakan panas-hujan dengan sepeda motor. Menyenangi spring bed baru mereka, karena mereka berdua pernah tidur bersama di atas sebuah kasur busa kecil. Terharu degan rumah pribadi mereka, karena dulu mereka pernah tinggal hanya di sebuah kost.
Beruntunglah para pria yang memiliki wanita yang begitu mencintai mereka & mendampingi di saat-saat perjuangan menuju kehidupan yg lebih baik.”

Setelah membaca tulisan tersebut, saya sebagai perempuan cukup tersinggung karena saya membaca tulisan ini ketika situasi hormonal saya memang sedang labil. Setidaknya ada bagian yang menyatakan bahwa wanita yang mendekati seorang pria setelah pria tersebut mapan adalah mereka yang hanya mendambakan kenikmatan finansial belaka dari sang pria. Meskipun disebutkan seandainya pria tersebut salah memilih, namun tetap dikatakan suatu kewajaran wanita mendekati dan menginginkan berdampingan dengan seorang pria yang mapan secara finansial.
Lalu apakah semua wanita melakukan hal tersebut? Oh, jelas tidak. Uang mungkin bisa memberikan kenyamanan secara finansial, tak ada yang perlu ditakutkan jika semua permasalahan yang dimiliki adalah yang berkaitan erat dengan uang, uang, dan uang. Namun apakah ada yang bisa menjamin bahwa uang dapat memberikan kebahagiaan seutuhnya pada suatu hubungan (terserah hubungan apa yang bisa kalian hubungkan)?
Banyak fakta yang menunjukkan bahwa uang tak dapat menjamin kebahagiaan hidup kita, dunia, bahkan akhirat. Banyak pasangan yang uangnya banyak namun kehidupan rumah tangganya tidak harmonis. Banyak pasangan yang uangnya banyak namun tak punya keturunan. Banyak pasangan yang uangnya banyak namun tak punya saudara. Banyak pasangan yang uangnya banyak namun tak punya sahabat. Lalu apakah semua hanya mencakup ‘kebahagiaan’ yang berasal dari materi saja?
Oi, kembali pada permasalahan di atas, banyak wanita yang lebih memilih rumah tangganya harmonis ketimbang punya banyak uang namun tak hidup rukun. Banyak wanita yang lebih memilih punya anak meski hidup pas-pasan daripada punya uang banyak namun tak ada tempat mencurahkan kasih sayang, tak ada orang yang melanjutkan generasi keluarga mereka. Banyak wanita yang lebih memilih mempunyai banyak saudara ketimbang punya banyak uang namun tak memiliki saudara tempat berkumpul berbagi suka duka kehidupan. Banyak wanita yang lebih memilih punya sahabat ketimbang punya banyak uang namun tak ada sahabat yang mendampingi ketika jatuh. Lalu oi apalagi? Masih berpikir semua wanita hanya mementingkan uang dari si pria???!!
Oi, alangkah sempitnya pemikiran jika hanya mementingkan uang, uang, dan uang saja dalam kehidupan ini. Pria pun harusnya berpikir bagaimana cara untuk bukan hanya memberikan nafkah lahir kepada calon istri, tapi juga nafkah batin, ruhiyah. Percuma punya uang banyak tapi ilmu agama tak banyak. Mau kau apakan istrimu kelak, hah? Istrimu yang akan jadi imammu? Istrimu yang akan menjadi kepala keluargamu? Oi, pikirkan baik-baik bujang. Jadi mata dan hatimu bisa melihat mana wanita baik dan mana wanita buruk.
Wanita baik-baik bahkan lebih memilih hidup berdampingan dengan orang yang mau bekerja, bukan bekerja. Dengan mau bekerja, seorang suami tidak akan pilih-pilih pekerjaan demi menghidupi keluarganya. Tentu saja orang yang mau bekerja adalah orang yang tahu mana pekerjaan halal dan yang bukan. Oi, orang yang melakoni pekerjaan yang hasilnya haram bukanlah orang yang mau bekerja, tapi malas bekerja.
Oi, meskipun saya tersinggung dengan tulisan di atas, namun saya sepakat dengan kalimat-kalimat terakhir. Membangun semua dari awal bersama pasangan masing-masing akan jauh lebih terasa indahnya. Terasa nikmatnya. Terasa benar syukurnya. Dengan semua itu, oi, tentulah pasangan akan lebih harmonis, tiada ingin saling menyakiti, malah semakin mencintai, karena Allah tentunya.

Sabtu, 10 Maret 2012

story

CURHAT MALAM

Malam sepi, 18 Desember 2005
Vi, malam ini aku sedih. Bagaimana tidak? Aku tak jua mendapatkan apa yang kuharapkan selama ini. Huh, aku hanya bisa menghembuskan nafas kuat-kuat, lelah.
Vi, kadang kala aku berpikir bahwa hidup ini tak adil. Mengapa harus aku yang selalu mengalami kesialan ini? Kenapa tak ada orang lain yang juga mengalaminya? Ah, mungkin aku belum menemukan orang yang bernasib denganku Vi, atau bahkan, nasibnya lebih buruk dariku?
Tapi sekali lagi Vi, aku berpikir bahwa hanya aku sendiri yang selalu mengalami hal ini. Mengapa? Karena seumur hidupku memang tak pernah menemukan orang yang bernasib sama atau lebih buruk dariku. Vi, mengapa aku begitu lemah?
Vi, malam ini aku kecewa. Bagaimana tidak? Aku tak jua mendapatkan perubahan berarti dalam perjalanan hidupku. Ah Vi, lagi-lagi hanya helaan nafas berat yang dapat mewakili perasaanku.
Vi, semakin aku mencoba untuk berubah, semakin pula aku tak kuasa melakukannya. Vi, adakah yang bisa membantuku untuk melakukannya? Adakah Vi? Dan jawabannya Vi, tak ada. Namun mungkin juga belum ada. Vi, dimana aku akan menemuinya?
Vi, pernahkah terpikir olehmu bagaimana perasaanku? Ah Vi, ku harap kau tak kan pernah merasakannya. Mengapa? Terlalu sakit Vi, dan aku tahu Vi, kau tak akan pernah bisa merasakan apa itu sakit....
Ah Vi, malam ini aku....
Aku sendiri tak mengerti...

Langit mendung, 27 Januari 2006
Vi, coba lihat kesana... Lihat ke atas cakrawala malam. Vi, tak ku temukan. Tak ku temukan seberkas cahaya putihnya. Kemana ia pergi Vi? Tahukah dirimu kemana ia pergi Vi? Ah Vi, lagi-lagi kau hanya diam. Tapi aku tahu maksudmu Vi...
Vi, tahukah kau aku begitu merindukannya? Cahayanya Vi, cahayanya. Cahaya putih berkilauan, redup memberi kesejukan. Itu yang membuatku merindukannya..
Vi, ku pikir aku telah menemukannya. Selama ini aku yakin aku telah menemukannya. Namun Vi, lagi-lagi aku salah. Ah Vi, mengapa aku selalu salah? Selalu salah menimbang rasa. Apakah hatiku tak lagi berfungsi dengan baik hingga selalu salah menimbang rasa? Ataukah selama ini aku telah buta karenanya? Karena cahaya redupnya membuat otot mataku harus berkontraksi kencang agar mampu melihat kerlip indahnya dari tempatku berada? Dan aku lelah Vi, lelah...
Yang pasti Vi, malam ini aku kehilangan... Kehilangan segalanya...

Bintang bertaburan, 13 Februari 2006
Vi, malam ini begitu indah.. Bintang bertaburan di langit biru kehitaman. Membentuk ribuan rasi yang memberikan artinya masing-masing, bagi mereka yang mengerti..
Vi, malam ini kembali kutemukan cahaya putih redup. Redup... Jauh.. Namun Vi, indah.....

Malam cerah, 21 Februari 2006
Vi, kau akan melihat segala yang ada di dunia ini indah jika seseorang ada di sampingmu. Dan malam ini Vi, cerah. Belum pernah malam secerah ini. Atau barukah ku sadari bahwa malam itu cerah?? Cahaya itu menyinari tubuhku dengan keindahannya, menyelimuti tubuhku dengan kehangatannya, melindungiku dengan kesejukannya. Ah Vi, tak perlu ambil pusing tentang semua itu. Yang penting aku bahagia menjalani semua yang ada.
Vi, dalam hati terbersit keraguan. Akankah ribuan malam yang menantiku disana akan tetap cerah? Akankah Vi?

Hujan meteor, 10 Maret 2006
Vi, malam ini aku melihat bukti kuasa Sang Pencipta yang maha indah. Hujan meteor.... Indah... Namun hatiku tak merasa indah Vi. Meski langit cerah, namun tak membuat hatiku senang. Mengapa? Vi, sekali lagi aku kehilangan cahaya itu. Cahaya redup di atas langit malam. Malam ini aku tak melihatnya Vi, ke segala penjuru langit aku mencarinya. Nihil. Tak jua ku temui Vi...
Dan Vi, ketakutanku selama ini terjadi. Ah Vi, sekali lagi aku gagal...

Malam pekat, pertengahan Mei 2009
Ah Vi, apa kabarmu? Masihkah kau mau mendengar ceritaku? Vi, kau masih seperti yang dulu. Meski waktu dan keadaan yang membuatku tak lagi menghiraukanmu, kau masih tak berubah. Diam berjuta bahasa. Namun, aku tetap mengerti apa maksud dari diammu. Terima kasih Vi, kau masih mau mendengar ceritaku. Tepatnya menjadi tempat aku menuliskan perjalanan hidupku yang hampa....
Vi, kau dengar lantunan lagu lawas yang mengalun perlahan dari radioku? Ah Vi, lagu itu membawa aku kembali ke masa lalu. Sakit. Tapi Vi, aku tahu belum saatnya sakit itu terobati. Obat yang ku butuhkan belum dapat ku temukan hingga saat ini. Namun aku tahu Vi, obat itu akan datang pada waktu yang tepat dan dengan cara yang indah...
Sekali lagi Vi, maafkan aku. Aku takkan lagi bercerita padamu. Sebelum aku menemukan obat bagi sakitku. Sungguh aku ingin kembali bercerita padamu. Tapi Vi, aku ingin menceritakan hari-hariku yang indah. Tunggulah Vi, akan datang masanya. Meski itu lama. Namun aku akan sabar menanti...
Dengarlah Vi, lagu itu masih mengalun....

Bintang-bintang dalam sedihku bercerita
Tentang rasa hati
Aku kini dalam duka tak bertepi terpatahkan hati
Dia telah pergi menggapai cinta yang lain
Kini ku sendiri tanpa dia menemani
Bintang-bintang mungkin takdir tak memihakku
Karna cinta slalu pergi dalam hidupku yang tak pasti
Ku slalu kecewa dan terus kecewa
Bintang cerahkan hatiku dengan sinarmu
Agar ku bertahan mengaharap cintanya
Entah sampai kapan dia dalam hatiku
Tersimpan namanya selalu

Praboe, pertengahan Mei 2009
Lost in Paradise
1090

Selasa, 21 Februari 2012

Kita

Kita pernah merasakan bagaimana rasanya tidak dianggap oleh orang lain.
Kita pernah merasakan bagaimana rasanya tidak memiliki tempat di lingkungan sekitar.
Kita pernah merasakan bagaimana rasanya sakit.
Kita pernah merasakan bagaimana rasanya terhina.
Kita pernah merasakan bagaimana rasanya tak memiliki harapan.
Kita pernah merasakan bagaimana rasanya tak memiliki apa-apa.
Kita pernah merasakan itu semua, bersama.
Lantas apa yang membuat kita tetap bertahan?
Lantas apa yang membuat kita tetap kuat?
Lantas apa yang membuat kita tetap berjalan?
Hanya keyakinan.
Keyakinan yang menumbuhkan benih harapan.
Keyakinan yang menumbuhkan keberanian untuk sekedar bermimpi.
Meski mimpi akan tetap menjadi mimpi.
Setidaknya kita tetap menunggu mimpi itu menjadi nyata sambil melakukan apa yang bisa kita lakukan.
Karena kita tahu hidup ini tak bisa sekedar menunggu.
Karena kita tahu setidaknya masih ada tempat yang tersisa untuk kita di dunia ini.
Suatu tempat yang akan menjadi suaka bagi kita.
Bagi mimpi kita.
Dan mungkin masa depan kita.
Bukankah kehidupan akan mengalami perputaran?
Selalu mengikuti siklusnya.
Mungkin kini kita berada di posisi terbawah.
Tapi bukan berarti kita tak akan mampu berada di posisi teratas, bukan?
Lalu kenapa airmata masih mengalir di pipimu?
Prabumulih, 18 Februari, 22.41 WIB

There’s A Place For Us
A song by Carrie Underwodd
Ost. The Chronicles of Narnia: The Voyagr of The Dawn Treader

There’s a place out there for us
More than just a prayer or anything we ever dreamed of
So when you feel like giving up
Cause you don’t fit in down here
Fear is crashing in
Close your eyes and take my hand

We can be the kings and queens of anything if we believe
It’s written in the stars that shine above
A world where you and I belong
Where faith and love will keep us strong
Exactly who we are is just enough
There’s a place for us

When you are meet the sky
Where your heart is free and hope comes back to life
Where these broken hands are whole again
We will find what we’ve been waiting for
We were made for so much more

So hold on
There’s a place for us

Jumat, 17 Februari 2012

Kebutuhan, Fungsi dan Syarat Pokok Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

Kebutuhan, Fungsi dan Syarat Pokok Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar A. Kebutuhan Dasar Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Kebutuhan akan bimbingan dan konseling dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain yaitu: masalah perkembangan individu, masalah perbedaan individual, masalah kebutuhan individu, masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan masalah belajar. 1. Masalah Perkembangan Individu/Siswa Perkembangan pribadi menyangkut perkembangan berbagai aspek, yang akan ditunjukkan dalam prilaku. Seorang individu, pertama tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga. Perkembangan seorang individu juga ditentukan oleh faktor keturunan dan lingkungan. 2. Masalah Perbedaan Individu/Siswa Dalam perkembangannya, individu mempunyai perbedaan-perbedaan. Ada dua fakta yang menonjol yaitu: 1). Semua manusia mempunyai unsur-unsur kesamaan di dalam pola perkembangannya, dan 2). Di dalam pola yang bersifat umum dari apa yang membentuk warisan manusia secara biologis dan sosial, tiap-tiap inividu mempunyai kecenderungan berbeda. Perbedaan tersebut mencakup perbedaan tingkat kognitif, perbedaan kecakapan bahasa, perbedaan dalam kecakapan motorik, perbedaan dalam latar belakang, perbedaan dalam bakat, dan perbedaan dalam kesiapan belajar. Kemampuan kognitif menggambarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi tiap-tiap orang. Faktor dasar yang berpengaruh menonjol alamiah dan lingkungan yang dibuat. Intelegensi sangat mempengaruhi kemampuan kognitif seseorang. Kemampuan kognitif anak yang berbeda satu sama lain, maka guru berkewajiban untuk membantu siswa yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Dalam kecakapan bahasa, individu yang satu berbeda dengan yang lainnya. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk kalimat yang penuh makna, logis dan sistematis. Individu telah membawa kebiasaan-kebiasaan sebagai hasil belajar, baik dari lingkungan pendidikan prasekolah maupun dari latar belakang kehidupan sebelumnya. Apabila latar belakang keluarga kaya akan kultur, maka anak akan mendapat keuntungan dalam hal perbendaharaan bahasa dan seni; demikian halnya pada kondisi sebaliknya. Pengalaman dan kematangan anak sebelumnya merupakan faktor pendorong perkembangan anak dalam berbagai kemampuan, termasuk kemampuan berbahasa. Kecakapan motorik merupakan kemampuan untuk melakukan koordinasi kerja saraf motorik yang dilakukan oleh saraf pusat untuk melakukan kegiatan. Kemampuan motorik dipengaruhi oleh kematangan pertumbuhan fisik dan tingkat kemampuan berpikir. Karena kematangan pertumbuhan fisik dan kemampuan berpikir setiap orang berbeda, maka hal tersebut membawa akibat terhadap kecakapan motorik masing-masing. Dalam hal kecakapan motorik, guru pun bertanggung jawab agar siswa yang mempunyai kekurangan dalam kecakapan motorik dapat menambah kecakapannya guna untuk memenuhi kebutuhannya dalam banyak hal yang berhubungan dan memerlukan keterampilan motorik khusus. Perbedaan latar belakang siswa akan mempengaruhi kepribadian, cara belajar dan hasil belajar dari siswa. Faktor penyebab tersebut dapat berkembang di rumah dan di lingkungan sekitar siswa. Latar belakang keluarga, sisi sosioekonomi dan sosiokultural yang berbeda, lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang akan memberikan pengaruh yang berbeda. Perkembangan bakat dimiliki oleh siswa secara individual. Bakat seseorang khususnya siswa sangat beragam, tidak hanya dilihat dari kemampuan intelegensinya saja. Kemampuan siswa yang berbeda dalam bakat hendaklah dimengerti oleh guru, sehingga bakat-bakat yang dimiliki oleh siswa dapat tersalurkan dan memberikan prestasi belajar yang baik bagi dirinya. Dalam kesiapan belajar, siswa pun mempunyai tingkatan yang berbeda. Baik dari segi fisik maupun mental. Kondisi fisik yang sehat membantu berkembangnya kebiasaan berbahasa dan belajar yang diharapkan. Sikap apatis, pemalu, kurang percaya diri, akibat dari kesehatan yang kurang baik, cacat tubuh dan latar belakang yang miskin pengalaman mempengaruhi perkembangan dan ekspresi diri. 3. Masalah Kebutuhan Individu/Siswa Kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer pada hakikatnya merupakan kebutuhan biologis atau organik dan umumnya merupakan kebutuhan yang didorong oleh motif asli, misalnya: makan, minum dan bernapas. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pada umumnya didorong oleh motif yang dipelajari, misalnya: mengejar pengetahuan, mengikuti pola hidup masyarakat, hiburan, alat transportasi dan lain sebagainya. Maslow (dalam Sunarto: 2006) mengatakan bahwa ada enam kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan kognitif, kebutuhan penghargaan, kebutuhan cinta kasih, kebutuhan keamanan dan kebutuhan jasmaniah (fisiologis). 4. Masalah Penyesuaian Diri Masalah penyesuaian diri berkaitan dengan bagaimana individu, dalam hal ini adalah siswa, berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya terutama lingkungan sekolah. Hal ini berkaitan dengan cara belajar dan hasil belajar yang akan didapatkan oleh siswa. Guru harus dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri terutama dalam lingkungan sekolah dan lingkungan belajar agar hasil belajar siswa dapat diperbaiki dan ditingkatkan. 5. Masalah Belajar Masalah belajar yang dihadapi siswa dapat diakibatkan karena tingkat kesulitan belajar itu sendiri bagi siswa, ada yang berat, ada yang sedang; bidang studi yang dipelajari, ada yang mengalami kesulitan belajar di satu/beberapa bidang studi, ada pula yang mengalami kesulitan di semua bidang studi; sifat kesulitan belajar, ada yang bersifat permanen, ada yang bersifat hanya sementara; faktor penyebabnya, yaitu faktor intelegensi dan faktor non-intelegensi. Guru harus mengetahui faktor-faktor penyebab mengapa siswa mengalami masalah dalam belajarnya sehingga masalah yang dihadapi siswa dapat teratasi dan hasil belajar yang didapatkan oleh siswa dapat lebih baik. Selain latar belakang di atas, masih ada beberapa kebutuhan bimbingan yang dibutuhkan di SD, yaitu: 1) bimbingan belajar, yang perlu diperhatikan mengenai prosedur sekolah dan masalahnya, bagaimana kalau tidak masuk sekolah, bagaimana memakai perpustakaan, dan lain-lain; 2) bimbingan penyelesaian, memberikan kesempatan pada anak-anak yang dapat memberikan kesaksian pada dirinya; 3) bimbingan pekerjaan, anak diberikan pengetahuan mengenai bermacam-macam sekolah supaya memiliki pandangan tentang sekolah tersebut, hingga mudah membuat pilihan yang ada hubungannya dengan masa depan; 4) bimbingan karier, yaitu bimbingan harus berhubungan dengan masa depan anak; 5) bimbingan sosial dan pribadi, bimbingan yang berhubungan dengan kesulitan psikologi yang dialami anak; 6) bimbingan jabatan, yaitu bimbingan yang diberika pada anak dalam mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan masa pekerjaan atau jabatan dan lain-lain. B. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Upaya bimbingan dan konseling memungkinkan siswa mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. Dalam upayanya tersebut, bimbingan dan konseling mempunyai fungsi-fungsi, Uman Suherman (dalam Anas Salahudin: 2010) menyatakan bahwa secara umum fungsi bimbingan dan konseling di SD adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi dalam rangka membantu siswa agar memiliki pemahaman terhadap diri (potensi-potensi baik kelebihan maupun kelemahan) dan lingkungannya (fisik, sosial, budaya dan agama). 2. Fungsi Pencegahan/Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya pembimbing untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegah supaya masalah itu tidak dialami siswa. 3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan disini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata. 4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling, dan remedial teaching. 5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. 6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan, kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli. 7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif. 9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli. 10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli. 11. Fungsi Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian. Sedangkan secara khusus, fungsi bimbingan dan konseling menurut H.M. Umar, dkk (dalam Anas Salahudin: 2010) adalah sebagai berikut: 1. Menolong anak dalam kesulitan belajarnya; 2. Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan anak-anak; 3. Memberi nasihat kepada anak yang berhenti dari sekolahnya; 4. Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya, dan sebagainya. Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu: a. Fungsi penyaluran (distributif) Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain. b. Fungsi penyesuaian (adjustif) Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal. c. Fungsi adaptasi (adaptif) Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14). C. Syarat-Syarat Pokok Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar Usaha-usaha bimbingan sekolah dasar khususnya lebih efektif, menurut A.J. Jones, karena: 1. Pada anak-anak usia ini fleksibel dan masalah-masalah yang mereka hadapi belum sempat berurat-berakar atau tertanam dalam 2. Para orang tua umumnya bekerjasama lebih aktif dengan sekolah 3. Panjang waktu yang tersedia untuk lebih mensukseskan perkembangan murid, khususnya murid lebih leluasa dibantu memahami dirinya sendiri dan untuk memperoleh pendekatan-pedekatan yang tepat-guna kearah pemecahan masalah- masalahnya. Disamping faktor penunjang ini, demi lebih lancarnya bimbingan sekolah dasar; diperlukan persyaratan pokok yang sekurang-kurangnya adalah: 1. Adanya kesediaan guru kelas untuk berperan ganda sebagai pengajar dan pembimbing. 2. Adanya kegiatan kontinyu guru kelas dalam pengumpulan data murid, hal yang dapat lebih menunjangnya memperdalam pemahaman menge nai individu masing- masing muridnya. 3. Adanya kesediaan dan kreativitas guru kelas dalam menyajikan lingkungan yang kaya bagi usaha-usaha belajar dan berpengalaman murid-murid. Adanya kesediaan guru kelas mencurahkan perhatian terhadap murid-murid tertentu secara individual disamping perhatian terhadap kelompok murid. 4. Adanya keseimbangan sikap guru diantara kutub obyektif yaitu usaha pengembangan intelektual anak menurut tuntutan kurikulum, penanaman tanggung jawab dan disiplin, dengan kutub subyektif yaitu perhatian terhadap anak sebagai individu dengan kelengkapan psikologisnya-perasaan, sikap, minat, kecenderungan, perhatian, dan sebagainya. Adanya pengaturan jarak psikoligis antara guru kelas dengan siswa, tidak terlalu jauh atau renggang dan tidak terlalu dekat atau akrab 5. Adanya kesediaan guru kelas untuk mengadakan kunjungan rumah (home visit) dalam rangka layanan-layanan bimbingan dan mempererat hubungan guru dengan orang tua murid bagi kepentingan bimbingan. 6. Adanya fleksibilitas guru kelas dalam pergaulan sekitar, terutama yang erat kaitannya dengan pengenalan kondisi jabatan pekerjaan anak. Jadi, dapat disarikan bahwa bimbingan pada sekolah dasar pada hakekatnya adalah proses membantu perkembangan intelektual anak sehingga ia dapat mencapai kemajuan belajar optimal, khususnya dalam kelas, dan mengadakanpenyesuaian-penyesuaian maksimal dalam kehidupan sekolah sebagai dasar untuk kelanjutan studi ataupun terjun dalam kehidupan masyarakat. Dengan melihat kesepuluh fungsi bimbingan dan konseling di sekolah, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan bimbingan, yang juga menjadi syarat penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran. Syarat-syarat tersebut secara umum dapat dikemukakan antara lain: 1. Tersedianya guru pembimbing yang bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan bimbingan dan konseling; 2. Tersedianya ruangan khusus bagi penyelenggaraan bimbingan dan konseling; 3. Kegiatan bimbingan dan konseling menjadi bagian dalam kurikulum penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang bersangkutan. DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta http://safril-faqat.blogspot.com/2010/12/urgensi-bimbingan-dan-konseling.html, diakses tanggal 24 Maret 2011 http://adhisusilokons.wordpress.com/2010/06/09/fungsi -bimbingan-dan-konseling-di-sekolah, diakses tanggal 24 Maret 2011 Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: CV Pustaka Setia. Sunarto dan Agung Hartono. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta

Selasa, 14 Februari 2012

this story..

Memang banyak hal yang harus kita perbaiki dalam berkomunikasi antarsesama. Terkadang kata yang lembut sekali pun dapat menyakiti. Terkadang kata yang keras sekali pun dapat mencambuk motivasi diri. Semua tergantung pada pribadi yang menerima, hingga kita harus melihat dahulu pribadi orang yang kita temui. Memang sakit ketika semua usaha yang kita lakukan terbuang percuma, sia-sia. Semua yang kita korbankan begitu mudahnya dibuang, dihina, dicampakkan oleh orang. Semua terasa dunia begitu tak adil. Semua terasa bagai dunia akan segera berakhir. Sudah terlalu sakit. Tapi semua pemenang tak ada yang menyerah. Semua pemenang tak pernah mengeluh. Semua pemenang tak pernah berhenti. Mereka terus maju. Lalu apakah aku akan berhenti hanya karena kata-kata kasar mereka?

Senin, 13 Februari 2012

Analisis Kesalahan Berbahasa (Proyek Gagal, :D)

2.3 Kesalahan Berbahasa 2.3.1 Pengertian Kesalahan Berbahasa Kesalahan adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku (norma terpilih) dari performansi bahasa orang dewasa (Dulay dikutip oleh Tarigan dan Tarigan, 2011:126). Pateda (dikutip oleh Yuniarti, 2006:6) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa ialah penyimpangan yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kesalahan itu termasuk yang berhubungan dengan ejaan, morfologi, sintaksis, dan leksikon. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesalahan berbahasa adalah penyimpangan dalam penggunaan bahasa baik secara lisan maupun tulisan. Dalam perkembangan anak, tentunya anak mempunyai ragam kesalahan berbahasa dalam proses perkembangan pemerolehan bahasanya. 2.3.2 Jenis Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa atau language errors memang berbagai macam jenisnya dan dapat dikelompokkan dengan berbagai cara sesuai dengan cara kita memandangnya. Chomsky (dikutip oleh Tarigan dan Tarigan, 2011:127) mengelompokkan kesalahan berbahasa menjadi dua jenis, yaitu: 1) kesalahan yang disebabkan oleh faktor-faktor kelelahan, keletihan, dan kurangnya perhatian atau disebut “faktor performansi”. Kesalahan performansi ini, yang merupakan kesalahan penampilan, dalam beberapa kepustakaan disebut mistakes. 2) kesalahan yang diakibatkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah bahasa atau disebut “faktor kompetensi”. Kesalahan tersebut merupakan penyimpangan-penyimpangan sistematis yang disebabkan oleh pengetahuan pelajar yang sedang berkembang mengenai bahasa kedua yang disebut errors. Secara garis besar besar, kesalahan berbahasa dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1) kesalahan antarbahasa (interlingual error), yaitu kesalahan yang disebabkan oleh interfensi bahasa ibu (B1) terhadap bahasa kedua (B2) yang dipelajari. 2) kesalahan intrabahasa (intralingual error), yaitu kesalahan yang merefleksikan unsur ciri umum kaidah yang dipelajari, seperti kesalahan generalisasi, aplikasi tidak sempurna terhadap kaidah-kaidah, dan kegagalan mempelajari kondisi penerapan-penerapan. (Tarigan dikutip olehYuniarti, 2006:7) 2.3.3 Taksonomi Kesalahan Berbahasa Menurut Tarigan (2011:129) ada empat pengklasifikasian atau taksonomi bagi kesalahan-kesalahan berbahasa, yaitu taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif dan taksonomi efek komunikatif. Keempat taksonomi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Taksonomi kategori linguistik adalah pengklasifikasian kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu, yaitu fonologi (ucapan pada bahasa lisan dan ejaan pada bahasa tulisan), morfologi (afiksasi dan perulangan kata), sintaksis (frasa, klausa, kalimat), dan leksikon atau pilihan kata. 2) Taksonomi siasat permukaan menyoroti bagaimana cara struktur-struktur permukaan berubah, meliputi penghilangan, penambahan, salah formasi dan salah susun. 3) Taksonomi komparatif didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi tertentu lainnya. Taksonomi ini meliputi kesalahan perkembangan, kesalahan antarbahasa, kesalahan taksa, dan kesalahan lainnya. 4) Taksonomi efek komunikasi memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dan perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca. Pusat perhatian tertuju pada pembedaan antara kesalahan-kesalahan yang seolah-olah menyebabkan salah komunikasi dan yang tidak menyebabkan salah komunikasi. 2.3.3.1 Taksonomi Kategori Linguistik Taksonomi kategori linguistik mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan, ataupun berdasarkan keduanya (Tarigan dan Tarigan, 2011:129). Pateda (dikutip oleh Yuniarti, 2006:8) mengemukakan bahwa “Kesalahan berbahasa dalam lingkup linguistik adalah kesalahan bahasa yang mencakup ejaan, morfologi, sintaksis, dan leksikon”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kesalahan kategori linguistik adalah kesalahan bahasa yang dilihat dari unsur-unsur linguistik yaitu ejaan, morfologi, sintaksis, dan leksikon. 2.3.3.1.1 Kesalahan Ejaan Kesalahan ejaan adalah kesalahan bahasa yang meliputi kesalahan penulisan seperti penulisan huruf kapital, penulisan kata yaitu penulisan kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti, partikel, angka dan lambang bilangan, unsur serapan, dan penggunaan tanda baca (Pateda dikutip oleh Yuniarti, 2006:9). Contoh Kesalahan Ejaan: 1) Kesalahan penulisan kata karena penggunaan huruf yang salah Ditulis Seharusnya kami makan siang di warung. Kami makan siang di warung. Marta akan datang hari senin nanti. Marta akan datang hari Senin nanti. Jaka belajar Bahasa Daerah Minang Jaka belajar bahasa daerah Minang 2) Kesalahan penulisan kata karena kekurangan huruf Ditulis Seharusnya sdah sudah mengambar menggambar setenga setengah 3) Kesalahan penulisan kata karena kelebihan huruf Ditulis Seharusnya sayah saya menggambil mengambil berserih berseri 4) Kesalahan penulisan kata dasar karena pengaruh bahasa Indonesia ragam lisan Ditulis Seharusnya tigo tiga mengapo mengapa kemaren kemarin 5) Kesalahan penulisan kata turunan karena pengaruh afiksasi ragam lisan Ditulis Seharusnya masukke masukkan biarke biarkan ngulitin menguliti 6) Kesalahan penulisan gabungan kata karena pemisahan dua unsur kata Ditulis Seharusnya dari pada daripada antar warga antarwarga olah raga olahraga 7) Kesalahan penulisan kata ganti karena pemisahan dan penggabungan Ditulis Seharusnya Kami sedang mengunjungi kakak ku. Kami sedang mengunjungi kakakku. Buku ini harus ku antarkan ke sekolah. Buku ini harus kuantarkan ke sekolah. Hadiah ini harus kauambil. Hadiah ini harus kau ambil. 8) Kesalahan penulisan partikel Ditulis Seharusnya Jika saya pergi, diapun pergi. Jika saya pergi, dia pun pergi. Kita harus masuk satu persatu. Kita harus masuk satu per satu. Baca lah buku itu! Bacalah buku itu! 9) Kesalahan penulisan angka dan lambang bilangan Ditulis Seharusnya Kucingnya ada 2 ekor. (bukan rincian) Kucingnya ada dua ekor. Saya adalah anak ke 2. Saya adalah anak kedua. Jumlah penduduk kota kami sebanyak 1896 jiwa. Jumlah penduduk kota kami sebanyak 1.896 jiwa. 10) Kesalahan penggunaan tanda baca Ditulis Seharusnya Arya sedang membaca Arya sedang membaca. Saya membeli buku, pensil dan mistar. Saya membeli buku, pensil, dan mistar. Siapa namamu. Siapa namamu? 2.3.3.1.2 Kesalahan Morfologi Kesalahan morfologi adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata (Tarigan dikutip oleh Yuniarti, 2006:12). Sedangkan Pateda (dikutip oleh Yuniarti, 2006:12) menyatakan bahwa kesalahan morfologi adalah kesalahan pada bidang tata bentuk kata. Hal ini menyangkut masalah kosa kata. Kesalahan morfologi juga menyangkut kesalahan penggunaan afiks, kesalahan penggunaan kata ulang, dan kesalahan kata majemuk. Contoh Kesalahan Morfologi: 1) Kesalahan afiks Ditulis Seharusnya Ayah berkerja sebagai buruh bangunan. Ayah bekerja sebagai buruh bangunan. Kakak sedang menyuci piring. Kakak sedang mencuci piring. Tiara sedang mensapu halaman. Tiara sedang menyapu halaman. 2) Kesalahan kata ulang Ditulis Seharusnya Kayu itu dipotong semeter-meter. Kayu itu dipotong semeter-semeter. Kami berlari2 di jalan. Kami berlari-lari di jalan. Kami sekali-kali menoleh ke belakang. Kami sekali-sekali menoleh ke belakang. 3) Kesalahan penulisan kata majemuk Ditulis Seharusnya Nikita di rawat di rumahsakit. Nikita dirawat di rumah sakit. Kakak membeli sapu tangan baru. Kakak membeli saputangan baru. Mata hari sangat panas. Matahari sangat panas. 2.3.3.1.3 Kesalahan Sintaksis Tarigan (dikutip oleh Yuniarti, 2006:13) menyatakan bahwa kesalahan sintaksis adalah kesalahan berbahasa ditinjau dari segi kalimat, seperti kesalahan menyusun kalimat, kesalahan penggunaan konjungsi, menggunakan kalimat yang tidak efektif, dan menghilangkan bagian kalimat tertentu. Sedangkan kesalahan sintaksis menurut Pateda (dikutip oleh Yuniarti, 2006:13) adalah sebagai berikut. Kesalahan sintaksis adalah kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan kalimat, yaitu kalimat yang strukturnya tidak baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang digunakan dalam kalimat tidak tepat, kontaminasi kalimat, kalimat mubazir, kesalahan pemakaian kata serapan dalam kalimat, dan kalimat yang tidak logis. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan sintaksis adalah kesalahan yang berhubungan dengan kesalahan pada kalimat. Kesalahan tersebut misalnya kesalahan pada struktur kalimat, kalimat tidak efektif atau tidak jelas, kalimat tidak logis dan kesalahan menggunakan kata serapan. Contoh Kesalahan Sintaksis: 1) Kesalahan frasa Ditulis Seharusnya ini malam malam ini itu orang orang itu ini hari hari ini 2) Kesalahan klausa Ditulis Seharusnya Jangan penjelasannya panjang lebar. Penjelasannya tidak boleh panjang lebar. Rudi punya robot mainannya sudah rusak. Robot mainan Rudi sudah rusak. 3) Kesalahan kalimat Ditulis Seharusnya Bagi kita diwajibkan membayar uang pendaftaran lomba. Kita diwajibkan membayar uang pendaftaran lomba Dia tidak hadir oleh karena disebabkan dia sakit. Dia tidak hadir karena sakit. Pembuatan tape itu saya dibantu oleh ibu saya. Dalam pembuatan tape itu, saya dibantu oleh ibu. 2.3.3.1.4 Kesalahan Leksikon Kesalahan leksikon adalah kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan kosa kata, yaitu kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat, termasuk pemakaian kata yang tidak baku (Tarigan yang dikutip oleh Yuniarti, 2006:14). Yuniarti (2006:14) juga mengutip pendapat Pateda yang menyatakan bahwa kesalahan leksikon adalah kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan pemakaian kata-kata yang tidak baku atau kosa kata yang menyimpang dari daftar kata baku (kamus). Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan leksikon adalah kesalahan berbahasa yang berhubungan dengan pemakaian kosa kata yang tidak atau kurang tepat dan tidak baku. Contoh Kesalahan Leksikon: Ditulis Seharusnya Saya sudah mengasih tahu dia masalah itu. Saya sudah memberi tahu dia masalah itu. Kami bakal pergi ke bioskop. Kami akan pergi ke bioskop. Rina suka makan kue bikinan saya. Rina suka makan kue buatan saya. 2.4 Analisis Kesalahan Berbahasa 2.4.1 Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Ellis dalam Tarigan dan Tarigan (2011:60) mengemukakan bahwa analisis kesalahan berbahasa (Anakes) adalah suatu prosedur kerja yang melipiuti pengumpulan sampel, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam sampel, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan tersebut. Menurut Kridalaksana (dikutip oleh Yuniarti, 2006:5) “Analisis kesalahan berbahasa adalah teknik untuk mengukur kemajuan belajar dengan mencatat dan mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dibuat seseorang atau kelohmpok.” Sedangkan analisis kesalahan berbahasa yang dikemukakan oleh Pateda (dikutip oleh Yuniarti, 2006: 5) adalah suatu teknik untuk mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan bahasa yang dibuat oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa kedua yang menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik. Berdasarkan pendapat-pendapat yang disampaikan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur sistematis yang dilakukan untuk mengidentifikasi, mengklasifikasi, menginterpretasi, sekaligus mengevaluasi kesalahan-kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh anak. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan kemampuan anak dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar. 2.4.2 Tujuan Analisis Kesalahan Berbahasa Sridhar (dikutip oleh Tarigan dan Tarigan, 2011:61-62) menyatakan bahwa analisis kesalahan memiliki tujuan sebagai berikut. 1) Menentukan urutan penyajian hal-hal yang diajarkan dalam kelas dan buku teks, misalnya urutan mudah-sulit. 2) Menentukan jenjang relatif penekanan, penjelasan, dan latihan berbagai hal bahan yang diajarkan. 3) Merencanakan latihan dan pengajaran remedial. 4) Memilih hal-hal bagi pengujian kemahiran siswa. Tujuan analisis kesalahan berbahasa singkatnya bersifat teoritik-aplikatif. Tujuan Anakes yang bersifat teoritik yaitu penyusunan atau pengembangan teori penjelasan mengenai performansi siswa, karena pengkajian terhadap pemerolehan bahasa anak-anak dapat memberikan pemahaman ke arah proses pemerolehan bahasa secara umum. Sedangkan tujuan Anakes yang bersifat aplikatif yaitu memperbaiki dan mengurangi kesalahan berbahasa siswa. Tujuan akhir dari Anakes adalah mencari umpan balik yang dapat digunakan sebagai titik tolak perbaikan pengajaran bahasa, yang pada gilirannya dapat mencegah atau mengurangi kesalahan yang mungkin dilakukan para siswa (Tarigan dan Tarigan, 2011:64,69). 2.5.3 Metodologi Analisis Kesalahan Berbahasa Sebagai suatu prosedur kerja, Anakes mempunyai langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah inilah yang kemudian disebut sebagai metodologi Anakes. Dalam bukunya Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa, Tarigan dan Tarigan mengambil pendapat dari Ellis mengenai metode Anakes, yakni sebagai berikut. 1) Mengumpulkan sampel kesalahan. 2) Mengidentifikasi kesalahan. 3) Mengklasifikasikan kesalahan. 4) Menjelaskan kesalahan. 5) Mengevaluasi kesalahan.